Berita saham, kripto dan investasi terbaru hari ini: IHSG masih terus jeblok hingga saat ini, pandemi Corona atau gara-gara kripto?
Invesco.id - Hingga saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus jeblok dan belum menunjukan tanda-tanda kebangkitan.
Untuk diketahui, sejak awal tahun 2021 ini atau secara year-to-date (ytd), indeks acuan utama pasar modal di Indonesia telah terkoreksi 3,44%.
Hingga Jumat (21/5/2021) lalu, penutupan IHSG masih minus 0,42% pada posisi 5.773. IHSG bahkan tak sanggup menembus level 5.800 atau bahkan ke level 6.000.
Kira-kira apa yang menyebabkan hal tersebut?
Head Of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Roger M.M mengatakan tertekannya IHSG bisa jadi karena beberapa sentimen, salah satunya dampak pandemi Covid-19 yang hingga kini masih belum berakhir.
Apalagi saat ini beberapa negara di luar negeri, kasus Covid-19 kembali tinggi, salah satunya yang terjadi di India.
"Pasar saham Indonesia semakin pudar bisa karena sentimen virus corona. Kalau efeknya makin besar, kita akan menemukan ekonomi seperti tahun lalu, stagnan," kata Roger dikutip dari CNBC Indonesia.
Kejatuhan pada IHSG bisa dihubungkan dengan adanya pandemi virus corona yang menghantam ekonomi dan berimbas ke pasar modal dan persepsi investor.
"Tekanan yang terjadi pada IHSG masih disebabkan potensi melambatnya pemulihan ekonomi Indonesia. Akan ada sektor-sektor berdampak jika sampai ada gelombang 2. Ini berpengaruh juga ke kinerja emiten-emiten," papar dia.
Selain sentimen pandemi corona, nasib buruk yang menimpa IHSG bisa jadi karena pengaruh dari tren jual beli aset kripto (cryptocurrency).
"Tren jual beli aset kripto bisa dianggap sebagai dalang sepinya transaksi di pasar saham selama beberapa pekan terakhir," katanya.
Namun Roger juga menyoroti dampak lainnya berkaitan dengan adanya kebijakan BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek), sebagai salah satu investor saham institusi terbesar di BEI, yang mengurangi porsi investasi sahamnya.
"Kebetulan keterkaitannya enggak secara langsung dan kita lihat bahwa transaksi di Bursa makin turun dari awal tahun."
Baca Juga: Siap-siap, Klub Liga 1 Indonesia Ini Mau Melantai di Bursa
"Kelihatan mungkin sebagian karena kripto, tapi ada isu- isu BPJS mau kurangin porsi di stock market. Kita lihat PE [price earnings] rasio di bursa RI, saat ini sudah 29,5 kali cukup mahal juga seiring kinerja 2020 yang enggak semringah, karena efek pandemi, kinerja emiten turun," ungkapnya.
Baca Berita Saham Terbaru Hari Ini Hanya di Invesco.id